Minggu, 03 Oktober 2010

Pemkab Sleman Kembangkan Sistem Tabela postheadericon

Ilustrasi (Foto : Dok)
SLEMAN (KRjogja.com) - Pemerintah Kabupaten Sleman mengembangkan pola tanam pertanian padi dengan sistem tabur benih langsung (Tabela) karena lebih efisien dan hemat biaya dan waktu.

"Tabela yakni menabur benih padi di hamparan sawah yang siap tanam. Cara ini bisa mngefisienkan waktu kira-kira 15 hari karena tidak melalui proses tebar benih kemudian ditanam lagi," kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo, Minggu (3/10).

Menurut dia, pola tanam Tabela juga mengefisienkan tenaga karena 1.000 meter persegi sawah hanya butuh waktu 30 menit dengan dua orang tenaga yang mengerjakannya. "Dengan pola tanam seperti itu dipastikan akan menghemat waktu dan biaya," kata Riyadi.

Riyadi menjelaskan upaya untuk mempertahankan produksi beras di Sleman menghadapi tantangan berat, terlebih lagi luas lahan pertanian di Sleman ini dari tahun ke tahun semakin berkurang.

"Meski pembangunan dan pertumbuhan kawasan semakin mempersempit lahan pertanian, namun lahan pertanian khususnya padi di Kabupaten Sleman masih relatif luas," katanya.

Berdasarkan data 2009, jumlah luas lahan pertanian yang ditanami padi di Kabupaten Sleman mencapai 44.037 hektare, mampu menghasilkan 268.075 ton padi kering giling dengan tingkat produktivitas mencapai 60,87 kuintal per hektare untuk padi sawah. (Ant/Tom)

Angin Ribut Hantam 38 Rumah postheadericon

Warga memperbaiki bangunan yang rusak disapu angin ribut (Foto : Asrul Sani)
KULONPROGO (KRjogja.com) - Angin ribut yang melanda Kecamatan Kalibawang, terutama Desa Banjarharjo dan Banjaroyo merusakkan 38 rumah sehingga kerugian mencapai Rp 300 juta. Angin juga merobohkan pohon dan tiang listrik.

Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Kalibawang Agus Wiyono Raharjo kepada KRJogja.com, Minggu (3/10) mengatakan, jumlah bangunan yang rusak di Desa Banjarharjo sebanyak 39 unit, sedangkan di Banjaroyo sebanyak 3 unit.

"Bangunan yang rusak terdiri dari 38 unit milik warga baik berupa rumah, dapur, maupun kandang ternak, dan satu bangunan sekolah, SMPN 2 Kalibawang pada bagian atapnya rusak," jelasnya seraya menambahkan total kerugian sekitar 288 juta untuk kerusakan bangunan dan Rp 25 juta untuk pepohonan yang tumbang.

Sementara itu Kepala Desa Banjarharjo Suwarto menjelaskan, akibat tertimpa pohon, kabel listrik di sekolah itu jatuh ke jalan raya, sehingga menyebabkan kemacetan di ruas jalan Kalibawang-Magelang selama satu jam lebih.

Dalam rangka membantu korban yang tertimpa musibah bencana angin ribut, Pemdes setempat telah membuka posko yang dipusatkan di Balai Desa Banjarharjo. Tujuannya agar bisa menampung laporan dari masyarakat dan untuk berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan maupun Pemkab Kulonprogo.

"Setelah kejadian, kami (pemerintah desa-Red.) langsung melaporkan dan berkoordinasi dengan Muspika untuk menggerakkan masyarakat agar bergotong-royong sekaligus membantu logistik dan bahan bangunan," tandasnya lagi.

Terpisah Sekretaris Desa Banjarharjo, Bakir mengungkapkan, bencana angin ribut Sabtu sore sekitar pukul 14.00 WIB kemarin telah menyebabkan delapan dari 22 pedukuhan yang ada di Banjarharjo porak-poranda. Karena banyak pohon yang besar tumbang. Keenam Pedukuhan tersebut meliputi Pedukuhan Duwet II, Ngemplak, Ngrajun, Srandu, Duwet III, dan Cikalan.

"Kerusakan paling parah terjadi di Pedukuhan Duwet II, ada tujuh kepala keluarga yang terkena. Lamanya hujan sekitar 45 menit kemudian setelah itu disertai angin kencang berputar-putar sekitar 30 menit," ungkapnya. (Rul)

2.992 Peserta Ikuti Jamda postheadericon

Pembukaan jambore daerah di Gunungkidul (Foto: Deddy EW)
WONOSARI (KRjogja.com) - Jambore merupakan pembinaan penggalang yang mengarah pada usaha
pembentukan watak disiplin dan kepemimpinan. Selain itu, mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan ketangkasan yang berhasil mendatangkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Demikian sambutan Gubernur DIY Sri Sultan HB X yang dibacakan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Propinsi DIY Prof Suwarsih Madya saat pembukaan Jambore Daerah 2010
di lapangan Medan Latihan Dodiklatpur TNI AD Rindam IV/Diponegoro Karangduwet, Paliyan, Gunungkidul, Minggu (3/10).

"Seiring dengan hal itu ditemukan tantangan dan masalah kaum pemuda seperti yang terkait dengan nilai - nilai dan semangat kebangsaan. Ternyata kemudahan informasi dan pengarus globalisasi, menjadi masalah dalam membangun semangat kebangsaan. Jambore hendaknya dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan keimanan dan taqwa kepada Tuhan," paparnya.

Ketua Panitia Jambore Bambang Pracoyo  dalam laporannya jambore yang berlangsung, Sabtu (2/10) sampai Rabu (6/10) diikuti 2.992 peserta dari empat kabupaten. Sedangkan, tujuanya adalah membina dan mengembangkan sikap persatuan bangsa. Bahkan, eningkatkan rasa cinta terhadap tanah air.  (R-2)

Yogyakomtek 2010 Targetkan 150 Ribu Orang Pengunjung postheadericon

Andung Prihadi (berbaju batik merah) membuka secara simbolis Yogyakomtek 2010. Foto: Firha
BANTUL (KRjogja.com) - Asosiasi Perusahaan Komputer (Apkomindo) DIY menghadirkan kembali pameran Yogyakomtek 2010. Pameran yang ke-13 ini masih mengambil tempat di Jogja Expo Center (JEC) dibuka pada tanggal 2 Oktober hingga 6 Oktober mendatang menargetkan traksaksi Rp.30 miliar dan pengunjung mencapai 150 ribu orang.

Ketua APKOMINDO DIY Hadi Santono mengatakan pada pameran Yogyakomtek 2010 ini, pihak panitia menargetkan akan dikunjungi 150 ribu orang selama lima hari penyelenggaraan. “Pada pameran komputer Yogyakomtek 2010, kita berharap akan menghasilkan transaksi hingga Rp 30 miliar. Jumlah tersebut berasal dari penjualan 15 ribu unit komputer, 5 ribu printer dan 100 ribu periperal lainnya,” katanya

Hadi menambahkan pihaknya optimis target tersebut akan tercapai mengingat pengunjung, peminat dan pembeli komputer dari waktu ke waktu terus bertambah dan ajang YOGYAKOMTEK 2010 menjadi ajang para vendor mengenalkan produk terbarunya, sekaligus menghabiskan stok komputer yang tersedia.

“Pengalaman pada ajang yang sama di tahun-tahun sebelumnya, pengunjung tidak hanya berasal dari DIY saja. Tetapi juga berasal dari kota-kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, serta dari luar Pulau Jawa,” ujarnya

Jumlah pengunjung sebanyak 150 ribu orang belum dihitung dari mereka yang berasal dari sekolah yang mengajukan ijin khusus sehingga tidak dibebani biaya tiket Rp 3 ribu yang resmi dari panitia. Syaratnya, ada guru pembimbing dengan surat resmi dari sekolah.

Meski target tahun ini tinggi, Hadi menegaskan bahwa market terbanyak masih di end user untuk rumahan, termasuk didalamnya anak-anak sekolah dan mahasiswa yang mencapai 53 persen, kemudian disusul small-mediun business (SMB/ UKM) 23 persen, corporate 9 persen dan segmen pendidikan (education) hanya 6 persen.

Pameran Yogyakomtek sudah ada sejak 1997 dan hanya sekali kosong yaitu tahun 1998 disaat kondisi perekonomian Indonesia tidak memungkinkan untuk menggelar pameran komputer.

Sementara Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprop DIY, dr. Andung Prihadi S., M.Kes yang mewakili Guburnur DIY membuka pameran ini mengatakan, sangat mengapresiasi kegiatan pameran ini terutama untuk mendukung dan menarik pengujung yang haus akan teknologi informasi.

"Saya yakin target jumlah pengunjung dan traksaksi akan tercapai mengingat animo masyarakat DIY sangat tinggi terhadap kebutuhan akan teknologi dan informasi. Diharapkan pameran ini juga akan memicu adanya event lain seperti Mice, B2B dan lain-lain untuk mendongkrat sektor pariwisata serta perekonomian masyarakat," ujarnya.

Ketua Panitia Yogyakomtek 2010 Teddie Dian Patria mengatakan pameran kali ini bertema 'Two Thumbs Up'.“Pameran patut mendapat penghargaan acungan dua jempol. Lebih dari itu, dua jempol juga perlambang teknologi makin canggih, hanya dengan dua jempol, manusia bisa berkomunikasi satu sama lain,” ujarnya

Teddie meneruskan, bahwa tema ini sekaligus ada kritik sosial dari Apkomindo DIY bahwa terjadi perubahan perilaku manusia dalam berkomunikasi di mana dua jempol menggantikan fungsi mulut dalam berkomunikasi. Bahasa verbal telah digantikan dengan bahasa motorik seperti SMS, BBM dan lainnya. (Fir)

Ahli Waris Makam Sapen Tolak Pembongkaran postheadericon

Ahli waris menolak pemindahan jika tidak memenuhi tuntutan (Foto : Ardhi Wahdan)
SLEMAN (KRjogja.com) - Puluhan warga dari Paguyuban Ahli Waris Makam Ngentak, Sapen berunjukrasa di sekitar makam, Minggu (3/10) menolak pembongkaran dan pemindahan makan terkait pembangunan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Seorang ahli waris Broto Harjono mengaku masalah ini sudah berlangsung sejak tahun 2006 dan berdasarkan surat dari Bupati Sleman, UIN mencari lahan untuk memindahkan makam. Awalnya, ahli waris selalu diikutkan dalam rapat pembahasan, namun saat ini sudah tidak pernah lagi.

"Kami dari pihak ahli waris diombang-ambingkan sehingga menolak pemindahan makam dengan alasan apapun.Sejak awal para ahli waris tidak ingin menjual tanah makam. Tetapi, memang ada beberapa tuntutan jika mau ada pemindahan," ungkapnya.

Broto menjelaskan syarat yang diminta ahli waris adalah lahan pemakaman harus asli, harga tanah pemakaman setara dengan tanah milik ahli waris. Selain itu, pemindahan harus menyertakan nisan asli ditambah kerangka jenasah.

"Kalau tuntutan tersebut tidak dipenuhi, maka kami menolak pemindahan. Makam dibangun sejak tahun 1917  seluas 1.450 meter persegi. Hingga saat ini ada 409 jenazah yang dimakamkan," paparnya. (Dhi)