Sabtu, 25 Februari 2012

Andi Rahmat Pernah Diperiksa BK Terkait Kasus Wa Ode postheadericon

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Fraksi Partai Demokrat, Andi Rahmat pernah diperiksa Badan Kehormatan DPR terkait kasus PPID yang melibatkan Politisi PAN, Wa Ode Nurhayati.

"Iya pernah diminta keterangan di BK beberapa waktu lalu," ujar Ketua Badan Kehormatan DPR M. Prakosa ketika dihubungi melalui telepon, Sabtu(25/2/2012).

Ketika itu, kata Prakosa, Andi Rahmat diperiksa dalam kapasitasnya sebagai saksi untuk kasus suap pembahasan anggaran PPID. Namun, Prakosa tidak menjelaskan rinci mengenai keterangan yang dibeberkan Andi saat diperiksa.

"Kami punya kode etik mengenai penyelidikan dan verifikasi. Kami tidak bisa membukanya ke publik karena ini sifatnya rahasia,"jelasnya.

Selain Andi Rahmat, BK lanjut Prakosa juga pernah meminta keterangan Haris Surahman. Pengusaha ini mengaku telah menyetor uang ke politikus PAN agar DPR mengalokasikan dana PPID untuk daerah tertentu.

"Karena kasus Wa Ode sudah ditangani secara hukum, kebijakan BK menyerahkan ke KPK untuk proses lanjutan. Bila ada status baru bagi Wa Ode, BK akan menyeseuaikan dengan peraturan Undang-undang atas statusnya sebagai anggota DPR," katanya.

Sudewo Bantah Minta Uang Saat Musda dan Muscab postheadericon


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudewo, Sekretaris Divisi Pembinaan Organisasi Partai Demokrat membantah meminta uang terkait pelaksanaan Muscab dan Musda di daerah seluruh Indonesia. Dia juga mempertanyakan apakah ada aturan main yang dilanggar terkait adanya agenda tersebut.

"Tolong disebutkan siapa sumbernya,tidak ada pertanyaan soal itu (uang),"ujar Sudewo ketika dihubungi melalui telepon, Sabtu (25/2/2012).

Menurut Sudewo, dirinya belum pernah menerima Surat Keputusan(SK) terkait pemecatan dirinya. Sehingga, katanya belum tahu mengenai alasan pemecatan tersebut.

"Saya belum pernah terima SK, jadi saya belum tahu apa alasan pemecatan. Awal Desember tahun 2011 pernah dipanggil Dewan Kehormatan kalau dipanggil diberitahu SK saya belum pernah,"jelas Sudewo.

Pelaksanaan Muscab dan Musda lanjut Sudewo di seluruh Indonesia sudah sesuai dengan aturan dan AD/ART Partai Demokrat. Hanya,saat diklarifikasi Dewan Kehormatan, dirinya ditanyakan terkait adanya agenda Muscab dan Musda yang ditengarai melanggar AD/ART.

"Tentang Musda dan Muscab di seluruh Indonesia ditengarai Dewan Kehormatan bahwa ada indikasi pelanggaran terhadap AD/ART ada sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan main partai,"jelas Sudewo.

Lebih jauh Sudewo menambahkan juga akan melakukan klarifikasi ke DPP Partai Demokrat terkait pemecatan terhadap dirinya.

"Itu yang jadi pertanyaan saya juga ibarat tidak ada angin tidak ada mendung tiba-tiba keluar keputusan. Saya akan bertanya ke DPP mengapa seperti itu,"jelas Sudewo.

Kisah Dhana Widyatmika: PNS III/C dengan Kekayaan Rp 60 M postheadericon


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama pegawai Ditjen Pajak yang kini ditugaskan di Dinas Pendapatan DKI Jakarta Dhana Widyatmika Merthana kini menjadi buah bibir nasional.

Ia dijuluki mafia pajak Jilid II, mirip dengan Gayus Tambunan yang kini sudah mendekam di Rutan Cipinang.

Dhana kini sudah berstatus tersangka korupsi, yakni terkait pengelapan pajak dan kepemilikan rekening gendut. Meski masih menjadi PNS dengan golongan III/c dengan pangkat penata, kekayaan Dhana mencapai Rp 60 miliar.

Dhana dan istrinya, DA awalnya sama-sama bertugas di Ditjen Pajak.

Berikut biodata Dhana Widyatmika dari dokumen paspor yang diperoleh Tribunnews.com, Sabtu (25/2/2012).

*Nama : Dhana Widyatmika Merthana
Tempat/Tgl Lahir: Malang, 3 Maret 1974

Dhana Widyatmika adalah alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Setelah lulus STAN, Dhana mulai bekerja di Ditjen Pajak pada tahun 1996.

Pada 2011, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Dhana Widyatmika menjabat sebagai Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.

Selanjutnya, berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) nomor Kep-1439/PJ.01/UP.53/2011 yang dikeluarkan pada 12 Juli 2011, Dhana Widyatmika dipindahkan dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua.

Sejak 2 Januari 2012, Dhana dipindahtugaskan ke kantor Dinas Pendapatan DKI Jakarta.

Inilah Kekayaan Pegawai Pajak Dhana Widyatmika postheadericon

Inilah Kekayaan Pegawai Pajak Dhana WidyatmikaTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak dengan rekening fantastis kembali terjadi, setelah dulu kita dikagetkan dengan adanya Gayus Tambunan, kini muncul nama Dhana Widyatmika.

Dhana ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan money laundrying dan korupsi oleh Kejaksaan Agung.

Dhana diduga memiliki kekayaan puluhan milliar Rupiah. Namun, dalam dokumen Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) Dhana beserta istrinya hanya memiliki dana Rp 1,2 Milliar.

Dhana dan istrinya, berinisial DA membuat laporan ke KPK dalam dua berkas yang berbeda. Laporan kekayaan pasangan suami istri yang saat laporan itu diserahkan ke KPK pada Juni 2011 keduanya masih sama-sama bekerja di Kementerian Keuangan itu, sama persis.

Berikut rincian daftar harta pasangan ini yang dilaporkan ke KPK Juni 2011:

Surat berharga, Total Rp312.125.000.

Dengan rincian sebagai berikut :Tahun investasi 2007-2011 yang berasal dari hasil sendiri, dengan nilai jual Rp 99.000.000.

Tahun investasi 2008-2011 yang berasal dari hasil sendiri, dengan nilai Rp7.500.000.

Tahun investasi 2008-2011, yang berasal dari hasil sendiri, dengan nilai jual Rp13.125.000.

Tahun investasi 2011 yang berasal dari hasil sendiri, dengan nilai jual Rp192.500.000.

Giro dan setara kas yang berasal dari hasil sendiri, total Rp10.473.025.

Piutang Rp 0

Nominal Harta (II) Total : Rp 1.231.645.025.

Harta Tidak Bergerak

Total Rp 686.722.000.

Rincian : Tanah dan bangunan seluas 125 m2 dan 48 m2 berada di Kota Depok, berasal dari hasil sendiri. Diperoleh tahun 1993-2011. Dengan nilai jual objek pajak Rp 108.342.000.

Tanah dan bangunan seluas 300 m2 dan 110 m2 di Jakarta Timur yang berasal dari warisan, perolehan 1980-2011 dengan NJOP Rp 578.380.000.

Harta Bergerak

Transportasi dan mesin lainnya, total Rp165.000.000.

Rincian : Mobil merk Mazda Vantrend tahun pembuatan 1994 yang berasal dari hasil sendiri dengan nilai Rp15.000.000.

Mobil Kijang Innova tahun pembuatan 2008 yang berasal dari hasil sendiri dengan peroleh tahun 2010 dengan nilai Rp150.000.000.

Peternakan perikanan, perkebunann kehutanan dan pertambangan dan usaha lain Rp 57.325.000.

Rincian : Logam mulia, yang berasal dari hasil sendiri dan hibah, perolehan dari tahun 1997-2011 dengan nilai jual Rp 30.975.000.

Benda bergerak lainnya berasal dari hasil sendiri dan hibah

Perolehan tahun 1980-2011 dengan nilai jual Rp 26.350.000.

Dhana dan istrinya menjadi pegawai Kemenkeu di Ditjen Pajak sejak 1997. Dhana yang lulusan STAN dan Pasca Sarjana UI itu memiliki karir yang baik di Ditjen Pajak. Pada 2011, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Dhana Widyatmika menjabat sebagai Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam.

Kemudian, berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) nomor Kep-1439/PJ.01/UP.53/2011 yang dikeluarkan pada 12 Juli 2011, Dhana Widyatmika dipindahkan dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua. Dhana Widyatmika merupakan PNS golongan III/c dengan pangkat penata, ia kini berusia 38 tahun.

Dhana yang merupakan pria kelahiran Maret 1974 itu mengajukan pindah dari Kemenkeu ke Dispenda DKI pada Januari 2012. Saat pindah dari Kemenkeu, Dhana belum berkasus seperti yang berkembang saat ini.

Dhana merupakan orang berada dan cukup kaya sejak kuliah di STAN. Bahkan, sejak kuliah, dia juga sudah berbisnis. Hingga saat ini, Dhana masih memiliki sejumlah usaha, termasuk memiliki showroom dan minimarket di kawasan Jakarta Timur.

Minggu, 19 Februari 2012

Ustad Fadzlan, “Berdakwah di Papua, Luaarr Biasa Nikmatnya!” postheadericon


Berawal dari membaca tokoh perubahan Republika, saya langsung penasaran dengan Ustad Fadzlan Garamatan yang telah mengislamkan sekitar 220 suku di papua dengan berdakwah ke daerah pelosok papua. Dan sampailah surfing saya ke website resmi yayasan beliau AFKN dan artikel beliau di FB RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF Dari kedua sumber tersebut saya kutip kembali di sini. Sungguh sangat menakjubkan kisahnya, karena saking kagumnya saya jadi bingung bagian mana dari cerita ini yang dipotong, karena sangat sayang untuk dilewatkan :)

Dan ini saya kutip dari FB RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF:

Pria ini bernama M Zaaf Fadlan Rabbani Al-Garamatan. asli Irian, berkulit gelap, berjenggot kemana-mana memilih membalut tubuhnya dengan jubah.

Lahir dari keluarga Muslim, 17 Mei 1969 di Patipi, Fak-fak, sejak kecil dia sudah belajar Islam. Ayahnya adalah guru SD, juga guru mengaji di kampungnya.

Pengetahuan ilmu agamanya kian dalam ketika kuliah dan aktif di berbagai organisasi keagamaan di Makassar dan Jawa. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini akhirnya memilih jalan dakwah. Dia mendirikan Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara. Melalui lembaga sosial dan pembinaan sumber daya manusia ini, Ustadz Fadlan begitu ia kerap disapa mengenalkan Islam kepada masyarakat Irian sampai ke pelosok. Dia pun mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada, mencarikan kesempatan anak-anak setempat mengenyam pendidikan di luar Irian.

== Curhat Ust.Fadlan ==

Dikisahkan oleh Ust.Fadlan bahwa orang-orang muslim di Indonesia, masih terbersit opini bentukan penjajah bahwa di wilayah Indonesia Timur, terutama Papua, banyak penduduknya yang non muslim masih melekat. Hal itu pernah ia buktikan kala mengisahkan pengalamannya saat Ust.Fadlan masuk kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar di tahun 80′an. Dia pernah diusir oleh dosen agama Islam hanya karena berkulit hitam dan berambut keriting. Tapi sebelum keluar, dia sedikit protes dengan mengajukan empat pernyataan.

”Apakah agama Islam hanya untuk orang berkulit putih, Jawa, Bugis atau untuk semua orang yang hidup di dunia? Siapa sahabat nabi Saw yang berkulit hitam dan berambut keriting namun merdu suaranya? Siapa saja yang ada dikelas ini yang bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar?” tandasnya.

Ditanya seperti itu, sang dosen hanya menanggapi pertanyaan yang ke-3 saja. Ternyata, dari 47 mahasiswa yang hadir, hanya tujuh orang yang bisa. Salah satunya adalah orang yang berkulit hitam dan berambut keriting tersebut. Langsung saja Ustadz Fadlan mendapat kesempatan memberi nasehat kepada semua yang di kelas yang tadi mau mengusirnya. Selama dua jam dia memberi nasehat, sehingga mata kuliah agama hari itu selesai.

Dosennya pun langsung menyatakan Ustadz Fadlan lulus dengan nilai A di hari pertama masuk kelas agamalah. Karena, selain puas dengan nasihat Ustadz Fadlan yang menyatakan jangan merasa bangga hanya karena beda warna kulit atau lainnya, Fadlan mampu membaca Alqur’an (salah satu kemuliaan agama Islam) dengan baik dan benar.

Mulai Berdakwah

Lulus sebagai sarjana ekonomi, Fadlan tidak memilih untuk menjadi pegawai negeri atau pengusaha, tapi Da’i, penyeru agama Islam dan mengangkat harkat martabat orang Fak-fak, Asmat, dan orang Irian lainnya. Dia tidak setuju kalau orang-orang ini dibiarkan tidak berpendidikan, telanjang, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak babi, dan tidur bersama babi. Semua penghinaan itu hanya karena alasan budaya dan pariwisata. ”Itu sama saja dengan pembunuhan hak asasi manusia” katanya.

Dia pun berjuang dan berdakwah untuk semua itu. Tempat yang pertama kali dikunjungi adalah lembah Waliem, Wamena. Dengan konsep kebersihan sebagian dari iman, Fadlan mengajarkan mandi besar kepada salah satu kepala suku. Ternyata ajaran itu disambut positif oleh sang kepala suku. ”Baginya mandi dengan air, lalu pakai sabun, dan dibilas lagi dengan air sangat nyaman dan wangi,” jelasnya.

Selain itu juga ada beberapa orang yang tertarik dengan ibadah sholat. Sambil mengingat masa itu, dia bercerita, ”Di Irian itu, babi banyak berkeliaran kayak mobil antri. Sehingga untuk mendirikan sholat harus mendirikan panggung dulu. Saat itu orang-orang langsung mengelilingi. Selesai sholat, kami ditanya mengapa mengangkat tangan, mengapa menyium bumi?”.

Jawabnya,”Kami bersedekap bertanda kami menyerahkan diri kepada satu-satunya Pencipta seluruh alam. Mencium bumi karena disinilah kita hidup. Tumbuhan dan hewan, yang mana makanan kita berasal dari mereka juga tumbuh di atas bumi”

Dakwah seperti ini yang dia gunakan. Mengajarkan kebersihan, dialog dengan apa yang mereka pahami, pergi ke hutan rimba, dan membuka informasi. Dengan dakwah yang sudah dijalankannya selama 19 tahun ini, banyak orang yang masuk Islam di sana. Tercatat 45% warga asli memeluk agama Islam. Jika ditambah dengan para pendatang, maka pemeluk Islam sebanyak 65% dari seluruh manusia yang ada di pulau burung tersebut.

Di setiap daerah yang dikunjungi, Ust.Fadlan selalu bersikap santun. Shalat di tengah-tengah komunitas `asing’ tak pernah ia tinggalkan. Perlahan-lahan jejaknya diikuti oleh masyarakat setempat. `’Ketika menyaksikan mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, saya tidak kuat. Air mata menetes,” ucapnya.

==

Dikisahkan, Ust Fadlan pernah berdakwah sendirian untuk menuju suatu perkampungan dengan waktu tempuh tercepat 3 bulan berjalan kaki. Dan Subhanallah hal tersebut tidak pernah menyurutkan hatinya untuk terus berdakwah, jika ada aral melintang dia selalu kembalikan kepada Allah SWT, dan dia selalu ingat bagaimana dulu Rasulullah SAW berdakwah dengan jarak ribuan kilo dan di padang tandus.

Ust Fadlan juga mengisahkan cerita ada seorang da’i dari Surabaya ingin ikut berdakwah dengannya di tanah Papua, dan diajaklah dia. Awalnya da’i tersebut tidak menyangka akan mendapatkan perjalanan yang sangat berat di tanah Papua. Da’i bersama dengan Ust. Fadlan harus menempuh perjalanan selama 12 hari berjalan kaki untuk menembus daerah yang akan di kunjungi. Pada hari ke-10 da’i dari Surabaya sudah merasakan kelelahan sehingga dia marah-marah, Ust. Fadlan pun bilang, “Jika anda ingin kembali silahkan anda kembali sendiri, saya akan tetap meneruskan perjalanan ini, dan anda bukanlah umat Rasulullah SAW, karena anda hanya bisa mengeluh, anda tidak ingat betapa beratnya perjuangan Rasulullah SAW waktu pertama kali berdakwah?”. Setelah itu Ust. Fadlan tetap melanjutkan perjalanannya dan da’i tersebut dengan wajah menyesal mengikutinya.

setelah tiga bulan menetap di daerah tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk Islam, Ust. Fadlan mengatakan kepada da’i dari Surabaya bahwa ini karena da’i tersebut mempunyai niat yang salah sewaktu memulai perjalanan tersebut. Da’i tersebut merasa sangat bersalah sekali, dan dia berniat untuk memperbaikinya, dan Ust. Fadlan mengusulkan agar da’i tersebut untuk menikahi salah satu wanita yang ada di daerah tersebut. Da’i tersebut meminta waktu untuk shalat istikarah, setelah 7 hari beristikarah, dia memberi jawaban bahwa dia mendapatkan petunjuk dengan cahaya putih, Ust. Fadlan menyimpulkan bahwa itu artinya da’i tersebut memang harus menikah dengan wanita dari daerah tersebut. Maka di bawalah salah seorang wanita dari penduduk setempat untuk di ajak ke pulau Jawa, dan di tanah Jawa dia diajarkan semua tentang agama Islam, dan akhirnya mereka menikah di tanah Jawa.

==

Dikisahkan pula,pada suatu waktu Ust. Fadlan menceritakan tatkala ia bersama 20 orang berniat ingin mengunjungi daerah yang masyarakatnya masih asing dengan orang luar, dia mengatakan bahwa jika mereka kesana maka kemungkinan mereka akan langsung berhadapan dengan panah-panah beracun, maka Ust. Fadlan menanyakan apakah mereka siap untuk mati syahid, dalam menghadapi hal-hal semacam itu. Ternyata hanya 6 orang yang bersedia untuk mati syahid dan berani mendampingi ust. Fadlan ke daerah tersebut. Setelah mendekati daerah tersebut, mereka melihat masyarakat disana sudah siap menghadang mereka dengan senjata-senjata tradisional mereka. Selanjutnya di tengah perjalanan Ust. Fadlan menanyakan kembali kesediaannya dari 6 orang tersebut, apakah mereka benar-benar siap untuk mati syahid, dan mereka semua menyatakan siap. Sebelum mereka melangkah, Ust. Fadlan memberikan satu pesan, yaitu jika, Ust. Fadlan terkena panah dan sudah tidak dapat berdiri, ke-6 orang tersebut harus lari menyelamatkan diri. Setelah ada kesepakatan, mereka pun melangkah dengan langkah pasti. Dan masyarakat tersebut pun menyambut mereka dengan panah-panah beracun yang di lepaskan, hingga ust. Fadlan terkena panah di beberapa bagian badannya, dan akhirnya jatuh tersungkur, dan ust. Fadlan tetap berusaha untuk berdiri dan terus melangkah walaupun darah terus mengalir dari tubuhnya, sedangkan ke-6 orang tadi melihat ust. Fadlan telah tersungkur, dan ingat pesannya, maka mereka pun melarikan diri. Dan melihat keadaan ust. Fadlan yang masih berusaha untuk berdiri, ketua adat daerah tersebut pun meminta agar masyarakatnya menghentikan panah-panah beracun. Dia menghampiri ust. Fadlan dan membantunya, Ust. Fadlan hanya ingin kembali ke tempatnya agar bisa di obati luka-lukanya, dan ketua adat tersebut mengatakan bahwa dia akan ikut mengantarkannya. Ust. Fadlan mengira bahwa ketua adat akan menghantarkan dirinya sampai batas desa saja, tetapi ternyata ketua adat menghantarkannya hingga sampai ke rumahnya, sepanjang perjalanan ketua adat tersebut mengobati luka-luka Ust. Fadlan dengan bahan-bahan yang ada dari sekitar dan ketua adat tersebut bahkan berkeras untuk mengikuti ke rumah sakit yang ada di Makassar. Setelah pulang ketua adat tersebut akhirnya mengikrarkan diri masuk Islam.

==

Ust.Fadlan pernah bercerita pula karena dia berkulit gelap, sewaktu dia memberi salam kepada saudaranya yang muslim, saudara-saudara yang muslim belum tahu kalo dia muslim tidak pernah menjawab salam-salam beliau, padahal Rasulullah mempunyai seorang sahabat yang selalu mengumandangkan adzan yang mantan budak dan berkukit, dialah Bilal dan Islam sendiri tidak pernah membedakan warna kulit seseorang, bahkan dalam Al-Qur’an manusia di ciptakan berbeda untuk saling mengenal.

Dakwahnya yang beliau lakukan tidak pernah berhenti, selalu berlanjut baik dengan program pemberdayaan ekonomi. Bekerja sama dengan Baitul Maal Mu’amalat (BMM), selain itu, Fadlan mendirikan lembaga sosial dakwah dan pembinaan SDM kawasan Timur Indonesia Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Dengan lembaga tersebut, orang-orang Irian diajak membuat produk seperti buah merah, ikan asin, dan manisan pala bermerk BMM AFKN. Pasarannya sudah masuk di Jakarta, termasuk Carefour. Selain itu, Sagu irian juga diekspor ke India.

SDM pun juga tidak ketinggalan. Anak-anak muda dalam bimbingan lembaga tersebut sudah tersebar di seluruh indonesia demi menuntut ilmu guna memajukan kehidupan di tempat dimana matahari terbit pertama kali memberikan cahayanya (Nu Waar) untuk Indonesia.

Selain itu pula, beliau bersama dengan Badan Wakaf Qur’an beberapa tahun lalu pernah mengusahakan agar masyarakat di Papua mengupayakan mendapatkan Al-Qur’an untuk di tadaburi, dan juga pembangunan tenaga Listrik Mikro Hidro (sumber air yang berlimpah) agar dapat memberdayakan masyarakat disana jika listrik telah di pasang.

Itulah beberapa sekelumit kisah perjuangan seorang da’i yang tidak kenal lelah untuk mengenalkan masyarakat di sekitarnya untuk mengenal sang Pencipta. Subhanallah!!

————————

Yang ini saya kutip dari website AFKN yang merupakan wawancara dengan suara HIdayatullah

Cita-citanya sungguh mulia, yaitu mendengar suara azan Shubuh berkumandang di seantero tanah Papua alias Irian, sehingga mampu “membangunkan” kaum Muslimin di Indonesia. Berbagai upaya pun dilakukan.

Hasilnya: 900-an masjid telah tersebar di Papua, ribuan orang dimandikan secara massal, diajari cara berpakaian, dikhitan, kemudian dituntun mengucapkan kalimah syahadat.

Saat ini 1.400 anak asli Papua telah disekolahkan gratis. Awalnya dimasukkan ke berbagai pesantren di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, kemudian menempuh jenjang perguruan tinggi, dalam dan luar negeri. Ratusan di antaranya tengah menempuh jenjang S-1, dan sudah ada 29 orang yang menggondol gelar S-2.

Data di atas hanyalah sedikit dari prestasi yang diukir para da’i Yayasan Al-Fatih Kaafah Nusantara (AFKN). Lembaga ini dikomandani pria gagah bernama M Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan (40).

Data di atas hanyalah sedikit dari prestasi yang diukir para da’i Yayasan Al-Fatih Kaafah Nusantara (AFKN). Lembaga ini dikomandani pria gagah bernama M Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan (40).

Dakwah di Papua memang istimewa. Tantangan alam begitu berat. Kultur dan kebiasaan masyarakat pun tak mudah ditaklukkan. Biayanya tinggi. Belum lagi harus berpacu dengan misionaris, yang selama ini sukses mencitrakan Papua identik dengan Kristen.

“Namun berdakwah di wilayah seperti itu luaarr biasa nikmatnya!” ujar Fadzlan dengan mata berbinar.

Nikmat, sehingga pria kelahiran Fak-Fak ini senantiasa menyunggingkan senyum meski harus jalan kaki berhari-hari demi menemui warga binaan. Bahkan tetap tersenyum mendakwahi seseorang yang telah tega memanahnya sehingga siku tangan kanannya berdarah-darah.

Perbincangan berlangsung di markas AFKN di Bekasi (Jawa Barat), suatu sore ketika hujan rintik-rintik, ditemani manisan pala, sagu, teh manis, serta kerupuk ubi suku abun Sorong yang rasanya benar-benar khas.

Apa kabar Ustadz?

Alhamdulillah. Maaf Anda terpaksa menunggu. Saya baru pulang dari (Pelabuhan) Tanjung Priok, mengirim sabun, sarung, mukena, Al-Qur`an, sajadah, dan pakaian ke Papua. Kemudian ke Departemen Agama, mengurus pengangkatan tenaga penyuluh agama.

Seberapa sering pengiriman bantuan semacam itu dilakukan?

Paling tidak seminggu dua kali. Setahun kami kirim sekitar 29 ton pakaian layak pakai. Orang-orang PT Pelni sampai komentar, “Pak Fadzlan ini kerjaannya ngurusin pakaian bekas melulu.” Biar saja, memang kenyataannya begitu.

Dakwah saya di berbagai majelis taklim di Jakarta, akhirnya ya urusan sabun dan pakaian. Saya bilang, “Daripada pakaian Anda dibuang-buang, kirimlah kepada saya.”

Barang kiriman itu bertruk-truk. Bahkan AFKN (atas kerjasama dengan instansi pemerintah) pernah mengirim belasan sepeda motor untuk keperluan operasional para da’i. Pelabuhan pun kami buat sibuk. He…he…

Mengapa barang-barang semacam itu penting bagi kaum Muslimin Papua?

Sebelum berdakwah, kami mempelajari medan dulu untuk mengetahui kebutuhan masyarakat. Apa maunya, akan dibawa ke mana, lalu kami tawarkan konsep. Kalau tidak ada listrik, kami bikin listrik. Tidak ada air bersih, bikin sarana air bersih. Perlu pakaian, kami drop dari Jakarta, lengkap dengan mesin jahitnya sehingga mereka bisa berkarya.

Seperti apa gambaran kondisi masyarakat binaan Anda sehingga memerlukan hal-hal di atas?

Telepon mereka adalah nyamuk, listriknya cahaya bulan dan matahari. Mandi dan pakaian pun baru dikenalnya. Tentang kondisi alam, semua orang tahulah bagaimana Irian.

Kami lalu peragakan Islam, perilakunya, aturannya. Setelah mereka lihat, kemudian bertanya-tanya. Misalnya ketika kami shalat, mereka perhatikan mulai dari takbiratul-ihram, ruku’, sujud, sampai salam. Kami jelaskan dengan bahasa sederhana.

Penjelasan seperti apa?

Mereka bertanya, “Kenapa Anda angkat tangan dan mulutnya bicara-bicara?” Saya jelaskan bahwa bapak dan ibu kami beragama Islam. Kami diperintah oleh Tuhan kami, Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam satu hari lima kali menghadap-Nya. Ketika mengangkat tangan itu, kami menyebut Allah Maha Besar. Dia yang pantas dibesarkan, sementara kami ini nggak ada maknanya.

Mereka bertanya lagi, “Kenapa membungkukkan badan?” Supaya menyaksikan bahwa Allah menyediakan kekayaan alam di bumi. Ada batu, pohon, sayur, ikan. Ketika mengambil kekayaan alam, manusia tidak boleh sombong dan merusak, maka kami menunduk.

“Kenapa mencium papan?” Di pedalaman, kami membuat tempat shalat di panggung, karena banyak babi berseliweran seperti mobil di Jakarta. Kami sujud, agar bisa menangis karena suatu hari nanti tubuh ini akan kembali dilebur dengan tanah.

“Mengapa menengok ke kanan dan kiri kemudian mulutnya bicara-bicara?” Itu salam. Setelah berkomunikasi dengan Allah, kami harus menengok ke kanan dan kiri, mungkin ada orang yang belum berpakaian, maka kami ajari berpakaian. Jika ada yang belum mandi, tugas kami mengajari mandi. Bila belum ada yang pintar, tugas kami mengajar. Tumbuhlah hubungan dengan Allah, kemudian hubungan dengan manusia di atas bumi. Terciptalah kedamaian dan keamanan.

Alhamdulillah, penjelasan semacam itu mampu mengetuk hati orang yang belum mengenal Islam. Mereka lantas bilang, “Kalau begitu, kami masuk Islam.” Ada yang bersyahadat sendiri, banyak pula yang massal.

Ketika menjumpai masyarakat yang belum berpakaian, apa yang Anda lakukan?

Pakaian memang proses awal yang agak susah. Ini sasaran dakwah yang benar-benar pemula.

Awalnya kami kenalkan celana kolor, mereka tertawa. Namun ketika mereka memakainya dan lama-lama enjoy, malah akhirnya malu melepasnya. Kami bawakan cermin. Ketika masih telanjang, mereka takut melihat bayangannya sendiri. Setelah memakai celana dan baju, mereka merasakan perubahan dalam dirinya. Ternyata lebih bagus.

Bagaimana Anda menjelaskan fungsi pakaian?

Kami kisahkan tentang Nabi Adam ‘alaihissalaam. Barangkali pakaian koteka itu seperti Adam dan Hawa yang telanjang ketika diusir dari surga. Tapi setelah ada ilmu, maka tidak boleh lagi berpakaian seperti itu. Manusia kan punya akal, bukan binatang. Lalu kami perkenalkan pakaian, cara memakai, dan semacamnya. Kini kami kewalahan memenuhi permintaan pakaian. Alhamdulillah.

Bagaimana mengajari kebiasaan mandi?

Memang mereka mandinya dengan melulur minyak babi di tubuh. Kenapa begitu? Katanya untuk menghindari nyamuk dan udara dingin.

Kami ajari mereka mandi dengan air dan sabun. Tak jarang harus mandi massal orang sekampung. Ibu-ibu keramas memakai sampo.

Pernah ada seorang kepala suku yang begitu menikmati sabun mandi. Tanpa dibilas, dia langsung keliling kampung karena merasa amat senang dengan bau wangi sabun di tubuhnya.

Kami lakukan dakwah tentang kebersihan itu dengan bertahap. Akhirnya mereka menyadari, ini anak-anak Islam ternyata lebih meyakinkan dibanding orang-orang bule yang biasa mendatanginya dengan naik pesawat.

Apa yang Anda jelaskan tentang makna kebersihan?

Misalnya tentang wudhu, kami jelaskan bahwa hidup ini harus bersih. Sebelum menghadap-Nya, kami diperintah untuk bersih dulu. Dengan demikian, ketika ber-takbiratul-ihram, Allah akan mengatakan, “Tangan kamu sudah dicuci, sudah bersih.” Mulut yang mengucap “Allahu Akbar,” juga bersih. Begitu juga bagian tubuh lainnya. Nah, kalau bapak-bapak dan ibu-ibu sudah bersih, mari tegakkan harumnya Islam di tengah-tengah kita.

Bagaimana menjelaskan aspek kebersihan dan pakaian, khususnya untuk kaum wanita?

Ini diajarkan oleh akhwat-akhwat binaan kami, yang tak kalah semangatnya di “medan tempur”, terutama bila kondisi geografisnya tidak terlampau sulit. Bahkan kami pernah dakwah dengan salon.

Maksudnya?

Ceritanya bermula dari akhwat binaan kami yang jadi karyawan salon di Mojokerto (Jawa Timur). Dia jadi familier dengan masalah kecantikan. Rambutnya di-rebounding sehingga lurus, tubuhnya (maaf) bersih.

Suatu saat dia pulang kampung ke Enarotali, Paniai, dan ceramah. Ibu-ibu kagum. Ini anak jadi cantik, lancar mengaji, bisa ceramah, tutup auratnya pake mukena. Dia katakan, perubahan fisik dan keilmuannya itu karena ajaran Islam. Akhirnya ibu-ibu bilang, “Kami mau masuk Islam tapi pingin cantik seperti kamu.”

Kami kemudian menyewa perlengkapan salon dan dibawa ke kampung itu, selama 3 bulan. Alhamdulillah, banyak yang akhirnya bersyahadat.

Bagaimana mengajarkan pemahaman tauhid kepada penganut kepercayaan animisme-dinamisme seperti di Papua?

Aspek perilaku sangat menentukan. Ada orang yang takut dengan pohon besar. Kami tunjukkan bahwa di pohon tidak ada yang perlu ditakuti. Ada komunitas yang suka berperang, maka kami jelaskan agar tidak melakukannya lagi, apalagi jika sudah sama-sama bersyahadat. Yang suka mencuri, kami larang karena itu merugikan.

Kami jelaskan hal itu mulai dari tokoh masyarakatnya, semisal kepala suku. Dia yang kemudian akan mengkampanyekan ke masyarakatnya. Bahkan kalau di situ ada misionaris, mereka sendiri yang mengusirnya. Pernah ada sekelompok masyarakat yang memasang kayu-kayu di lapangan terbang perintis agar misionaris tak bisa mendarat. Kami tidak menyuruhnya, tapi mereka sendiri yang berinisiatif melakukannya.

Pernah ada bentrok?

Banyak. Tombak, panah, diusir, adalah hal yang biasa menimpa kami. Namun saya sampaikan kepada teman-teman agar tombak itu dijadikan shiraathal-mustaqiim. Kalau dipenjara, jadikan itu sebagai rumah surga awal. Jika difitnah, itu adalah untaian hidup dan puisi baru kita. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja dilempari, dicaci-maki, difitnah, tapi beliau terus menebarkan senyum. Subhanallah!

Anda sendiri pernah mengalami tindak kekerasan?

Pernah kena panah, sampai ini patah (sambil memperlihatkan bekas tusukan panah di lengan kanannya), bengkok sampai sekarang. Tapi bagi kami, tidak perlu bicara tantangan. Seorang yang mau maju, bicara kebajikan, pasti ada tantangan. Itu hal biasa bagi seorang da’i.

Bagaimana kejadiannya?

Sekitar tahun 1994, antara wilayah Mapenduma dan Timika. Saya bersama delapan orang da’i sedang survei ke sebuah kampung untuk dijadikan binaan. Tiba-tiba tangan saya kena panah.

Saya tidak tahu persis penyebabnya. Barangkali karena pemanah itu belum memahami apa yang kami lakukan. Bisa pula orang-orang itu diprovokasi pemahaman yang keliru. Atau mungkin kami hanya salah sasaran konflik aparat dan kelompok yang menyebut dirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Apa yang kemudian Anda lakukan?

Anak panah itu dicabut, lalu kami bakar pisau kemudian ditusukkan ke luka itu agar racunnya tidak bekerja. Kemudian saya ke dokter.

Dokter dimana?

Di Timika. Jalan kaki empat hari. Alhamdulillah lukanya tidak terus mengeluarkan darah. Alhamdulillah pula orang yang memanah itu akhirnya masuk Islam.

Bagaimana bisa?

Nabi itu, diapain saja oleh lawan yang memang belum faham, tetap tersenyum. Allah pun berfirman, “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nahl: 125)

Apalagi jika hal itu dilakukan ketika dia sakit, atau saat susah. Saat itulah insya Allah akan gugur naluri kebenciannya. Itu pula yang saya lakukan terhadap orang itu.

Menurut pengamatan Anda, apakah orang yang kemudian memeluk Islam berubah menjadi lebih baik?

Luar biasa. Setiap ke mushalla atau masjid, mereka mengaku merasa tenang. Barangkali Islamnya justru lebih baik dibanding saya. Mereka itu sangat jujur. Perang antar suku pun akhirnya berhenti.

Ada seorang kepala suku yang menyatakan masuk Islam, kemudian dianiaya sekelompok orang, ditindih kayu, ditelanjangi, namun tetap teguh memegang syahadat. Luar biasa. Saya menangis bila menjumpai hal seperti ini.

Pernahkah punya pengalaman mengesankan terkait dengan pensyahadatan massal, misalnya?

Pernah di kawasan Sorong. Ketika banyak orang bersyahadat, pohon di sekelilingnya seperti merunduk. Padahal tak ada angin tak ada hujan. Kawanan rusa liar pun tiba-tiba tenang, tidak bergerak. Wallahu a’lam, barangkali mereka selama ini belum pernah mendengar kalimat suci itu dari mulut manusia, meski semua makhluk sebenarnya selalu bertasbih menyebut asma-Nya.

Menilik apa yang Anda lakukan, tampaknya memerlukan waktu lama untuk berdakwah di suatu lokasi ya?

Paling tidak lima tahun di suatu tempat. Ada da’i yang musti stand by di sana. Saya sendiri jaga markas di Jakarta, namun sering mengunjungi mereka di berbagai daerah. Sekali ke Papua, saya bisa menghabiskan waktu 9 bulan. Kemudian ke Jakarta untuk bikin proposal, mendapat bantuan, lalu ke Papua lagi.

Selama 9 bulan itu, apa saja yang Anda lakukan?

Keliling ke desa-desa binaan. Safari ini berfungsi untuk mendata kebutuhan masyarakat dan mengevaluasi perkembangan dakwah.

Apakah da’i yang stand by itu kader binaan AFKN?

Ya, tapi kami juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Hidayatullah. Alhamdulillah, sebagian da’i itu kini sudah tercatat di Departemen Agama sebagai penyuluh, sehingga punya gaji.

Semua da’i itu asli orang Papua?

Kebanyakan asli Papua, namun tak sedikit pula yang dari luar. Keduanya kami “kawinkan”, saling melengkapi.

Da’i asli Papua lebih bagus pendekatan sosial-kemasyarakatannya. Itulah sebabnya mereka bertugas “membuka lahan” dakwah. Banyak warga yang kemudian bersyahadat.

Sementara da’i non-Papua biasanya unggul dalam hal ilmu agama dan keterampilan. Mereka ini bertugas meneruskan apa yang telah dirintis da’i asli Papua.

Seberapa banyak da’i dari luar Papua yang aktif bersama AFKN?

Alhamdulillah banyak. Ada yang dari Garut, Tasikmalaya (Jawa Barat), Lamongan, Gresik (Jawa Timur), Makassar, dan lain-lain. Para da’i ini punya keterampilan lain sehingga bisa mengembangkan berbagai potensi yang ada di Papua.

Tidak mengalami kendala bahasa?

Memakai bahasa Indonesia saja, insya Allah masyarakat bisa mengerti. Memang akan lebih bagus kalau bisa bahasa setempat. Tapi harap tahu, di Papua ada 234 bahasa.

Anda sendiri bisa berapa bahasa?

Alhamdulillah, Allah kasih anugerah saya bisa berkomunikasi dalam 49 bahasa.

Subhanallah, banyak sekali, misalnya bahasa apa?

Bahasa Kokoda, Kaimana, Wamena, Asmat, Babo, Irarutu, dan sebagainya. * (red)


sumber artikel dari SINI

Kepala Suku Asmat Masuk Islam postheadericon


REPUBLIKA.CO.ID, JATIBENING -- Acara pengukuhan agama Islam yang dilakukan Kepala Suku Besar Asmat, Sinentius Kayimter, di Masjid Darussalam, Komplek Tamansari Persada Raya, Jatibening, berlangsung haru dan khidmat. Acara dipandu oleh Imam Masjid Istiqlal, Ustadz H. Ali Hanafiah, Ahad (19/2).

Pembacaan dua kalimat syahadat dilakukan percobaan sebanyak dua kali. Setelah itu, pembacaan syahadat yang sakral itu akhirnya baru lah terucap dari mulut Sinentius.

Sinentius pun diberikan nama Islam yaitu Umar Abdullah Kayimter. Pemberian nama tersebut didasarkan atas rembukan para jamaah DKM Masjid Darussalam.

Kemudian pembacaan syahadat dilanjutkan dengan sang istri yang memiliki nama Islamnya Aisyah Chairunnisa Atem. Meskipun pembacaan agak tersendat karena kendala bahasa, namun Aisyah akhirnya disahkan menjadi seorang Muslim.

Suasana haru pun semakin menjadi ketika sang anak, Salim Abdullah Siwir, mencoba melafalkan dua kalimat syahadat. Air mata bocah berusia 12 tahun tersebut tak terbendung. Namun karena air mata harunya tak terhenti, maka pelafalan tersebut dibatalkan.

"Hal itu disebabkan Salim belum berusia balig sehingga belum ada kewajiban dari sang anak untuk melafalkan syahadat. Selain itu, dia masih dibawah asuhan kedua orang tua", ujar Ustadz Ali.

Setelah pengucapan dua kalimat syahadat usai, acara dilanjutkan penandatanganan sertifikat ikrar masuk Islam. Acara ditutup dengan pemberian santunan mualaf dan tiga tiket umroh dari jamaah DKM Masjid Darussalam.

Redaktur: Didi Purwadi
Reporter: Rachmita Virdani

Mencari Bibit Atlet, Turnamen Catur Pelajar Digelar postheadericon

Wasis Crah Birowo dan Arif membuka Turnamewn Catur. Foto: Tulus DS

WONOSARI (KRjogja.com) - Wisang Crah Birowo siswa SD Cuwelo Semanu berhasil mengalahkan Arif Hasmoro siswa SDK Wonosari, dalam lomba Catur Cepat menandai dimulainya Turnamen Catur Pelajar, di Bangsal Sewokoprojo Gunungkidul, hari ini. Peserta Turnamen diikuti 56 peserta SD dan 108 peserta siswa SMP/SMA dan SMK, turnamen bertujuan untuk mempersiapan atlet Catur pada PORPROV 2013 nanti.

Turnamen dibuka secara resmi oleh Agus Mantoro dari Binmudora mewakili Bupati Gunungkidul H Badingah S Sos. Bupati mengharapkan atlet Catur dalam Porprop nanti bisa menyumbangkan medali emas.

Sementara Ketua KONI Kabupaten Gunungkidul Drs Sumarno mendukung diselenggarakannya turnamen Catur antar Pelajar ini. Dalam kesempatan tersebut Sumarno juga berkesempatan menyerahkan sebuah komputer dan dana pendukung senilai Rp 750.000.

Tomy Harahab SH MH ketua Percasi Gunungkidul menyatakan, turnamen catur juga dimaksudkan 'melaunching' sekolah Catur Percasi di Gunungkidul. Lokasi untuk sekolah catur ini sementara berada di Kantor KONI Gunugkidul. (Tds)

Petugas Gelar Operasi Terpadu Angkutan Umum postheadericon

Kanit Turjawali Sat Lantas Polres Kulonprogo Ipda Paidi sedang menanyakan kondisi bus kepada salah satu sopir di Terminal Wates. (Foto : Asrul Sani)

KULONPROGO (KRjogja.com) - Kapolres Kulonprogo AKBP K Yani Sudarto SIK mengimbau pengelola perusahaan angkutan baik antar kota antar provinsi/antar kota dalam provinsi (AKAP/AKDP) maupun angkutan pedesaan (angkudes) memperhatikan betul kondisi kendaraan mereka, sebelum membawa penumpang.

"Guna menghindari hal-hal yang tidak diingkan sekaligus untuk memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi penumpang yang akan menggunakan jasa angkutan bus maupun angkutan pedesaan, saya mengimbau para pengelola dan sopir angkutan untuk melakukan pemeriksaan secara teliti kendaraannya laik jalan atau tidak sebelum mengantar penumpang," katanya usai memberikan pengarahan kepada petugas Satlantas setempat sesaat sebelum menggelar operasi terpadu bersama Dinas Perhubungan (Dishub), Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) dan Kodim 0731/Kulonprogo, di Terminal Wates, Kamis (16/2).

Setiap angkutan AKDP dan AKAP maupun angkutan pedesaan yang melintas di wilayah hukum Polres Kulonprogo harus dalam kondisi laik jalan. Jika dalam operasi gabungan petugas menemukan ada angkutan yang sebenarnya tidak laik jalan tapi beroperasi maka petugas diminta untuk bertindak tegas.

"Jangan pernah toleransi petugas misalnya membiarkan bus yang tidak laik jalan tetap beroperasi justru menjadi penyebab awal terjadinya kecelakaan lalu lintas. Agar selama menempuh perjalanan selamat, maka selain sopir harus mengetahui betul kondisi mesin, rem dan ban kendaraan serta sarana penunjang lainnya termasuk surat-surat kendaraan, penumpang juga harus mengingatkan sopir dan mencatat plat mobil yang mereka tumpangi untuk mengadukan sopir yang ugal-ugalan di jalan raya," tegasnya.

KBO Sat Lantas Polres Kulonprogo Iptu Sutarno yang memimpin operasi didampingi petugas Dishub Edwin menegaskan, operasi digelar sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan, mengingat belakangan ini insiden laka lantas yang melibatkan angkutan umum sampai merenggut puluhan nyawa masih sering terjadi.

"Mengenai hasil operasi, versi Sat Lantas yang melakukan pemeriksaan surat-surat kendaraan terjaring 9 pelanggar, delapan tidak ber-SIM dan satu sopir tidak membawa STNK. Sedangkan versi Dishub yang meliputi ijin trayek dan uji kendaraan atau KIR, menjaring 3 kendaraan, 1 ijin trayeknya telat dan 2 kendaraan lainnya belum diuji atau di KIR. Terhadap semua pelanggar kami berikan sanksi teguran dan peringatan untuk memperbaharui ijin trayek dan segera melakukan pengujian kendaraan," katanya. (Rul)

Pasca-John Key, MUI NTT Ajak Perang Melawan Preman postheadericon


REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tengara Timur NTT), Abdul Kadir Makarim mengatakan, penangkapan salah satu tokoh preman John Key harus menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat bangsa ini untuk menabuh genderang perang melawan preman.

"Saya berpendapat bahwa, saat ini merupakan yang paling tepat untuk kita menabuh genderang perang memberantas preman yang selama ini meresahkan masyarakat," kata Abdul Kadir Makarim, di Kupang, Ahad (19/2) terkait penangkapan Jhon Key dan perlunya operasi pemberantasan preman di Indonesia.

Jhon Key, tokoh muda asal Indonesia Timur ditangkap anggota Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) dengan menembak kakinya karena melakukan perlawanan saat hendak ditangkap pada Jumat (17/2).

Penangkapan itu dilakukan karena Jhon Key diduga terlibat pembunuhan bos PT Sanex Steel Indonesia Tan Harry Tantono alias Ayung dengan motif menagih janji uang kesepakatan mendapatkan proyek.

Makarim menambahkan, aparat penegak hukum perlu melakukan koordinasi secara nasional dan mulai mengambil langkah-langkah tegas dalam memberantas preman yang semakin merajalela dan meresahkan masyarakat.

Dalam kaitan ini, seluruh elemen masyarakat bangsa ini, harus memberikan dukungan penuh kepada aparat penegak hukum bahkan kalau perlu, terlibat bersama aparat keamanan untuk melakukan pemberantasan preman di lapangan.

"Saya kira, Kapolri harus mengumumkan secara resmi untuk menggelar operasi khusus pemberantasan preman sampai ke seluruh pelosok tanah air. Masyarakat tentu akan mendukung penuh," kata Abdul Kadir Makarim.

Jika aparat kepolisian tidak bisa melakukan operasi sendiri maka, bisa melibatkan intelijen dari semua satuan keamanan untuk bersama menggelar operasi membersihkan preman dan membebaskan negara ini dari preman, kata Abdul Kadir Makarim.

Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: Antara