Senin, 22 November 2010

Awan Panas dan Guguran Material Merapi Masih Terus Terjadi postheadericon

Diposting oleh cakimam | Pada 16.14

Gunung Merapi. (Foto : Dok)
YOGYA (KRjogja.com) - Meski telah dinyatakan mengalami penurunan aktivitas dan intesitas letusan, namun erupsi di Gunung Merapi masih terjadi. Ini ditandai dengan adanya luncuran awan panas dan guguran material yang hingga saat ini belum berhenti.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs. Subandrio mengatakan, pada Minggu (21/11) lalu tercatat Gunung Merapi kembali meluncurkan banjir lahar yang disertai dengan awan panas guguran. Peristiwa tersebut terjadi sampai kurang lebih dua jam lamanya yakni mulai pukul 17.20 WIB sampai 19.25 WIB.
Luncuran awan panas Merapi, lanjutnya, tak hanya berhenti sampai disitu. Pada Senin (22/11) dini hari tadi juga tercatat terjadi awan panas dua kali yakni pada pukul 00.15 WIB sampai 00.18 WIB. Sedangkan arah awan panas tidak bisa terlihat karena faktor cuaca, namun hujan abu tipis terjadi di sekitar Pakem dan Keteb.
"Karena cuaca mendung dan hujan, kami tidak bisa memperkirakan jauhnya awan panas. Namun dari pengamatan visual banjir lahar (banjir lahar dingin) sempat terjadi di Kali Senowo, Kali Krasak bagian Barat dan Barat daya serta Kali Boyong," ujarnya di media center BNPB, Senin (22/11).
Menurutnya, aktivitas yang terjadi pada Merapi tersebut bukan merupakan hal yang luar biasa selama proses erupsi masih berlangsung dan status Merapi pada level awas. Rekomendasi daerah ancaman yang dipersempit juga telah diperkirakan dengan matang bahwa awan panas tidak akan melebihi batas yang ditetapkan.
"Aktivitas awan panas maupun guguran (meterial) ini akan menjadi hal yang wajar dan bisa terjadi dalam jangka cukup lama hingga sekitar 3 bulan. Namun luncuran awan panas tersebut kami perkirakan tidak membawa material yang spektakuler sehingga tidak mempengaruhi estimasi material yang dikeluarkan Merapi yang mencapai 130 juta meter kubik," jelasnya.
Pihaknya mengaku belum bisa memastikan apakah kali ini merupakan fase akhir dari erupsi Merapi. Pasalnya jumlah energi yang tersisa di Merapi tidak bisa diperkirakan banyaknya dan hanya bisa dihitung potensi volume magma maupun estimasi dari energi kegempaan.
"Saat ini energi kegempaan itu relatif kecil. Kadar gas Sulfur Dioksida (SO2) juga telah turun mencapai 1,8 kilo ton per hari. Namun gempa vulkanik masih cukup tinggi dimana hari ini sampai 25 kali yang menunjukkan adanya aktivitas magma di permukaan. Barangkali ada proses pembentukan kubah lava meskipun sampai saat ini belum bisa terlihat karena tertutup asap solfatara. Pertumbuhan kubah lava yang tidak stabil inilah yang memunculkan awan panas guguran," imbuhnya. (Ran)

0 komentar:

Posting Komentar