|
“Di Bantul memang sangat bervareasi media penyebarannya, “ katanya Jumat (3/12).
Siti menjelaskan, penularan HIV/AIDS di Bantul cukup beragam, mulai melalui cairan tubuh, darah, sperma, cairan vagina serta lewat air susu ibu (ASI). Selain itu juga ada yang melalui jarum suntik yang pernah digunakan penderita. Sebenarnya di wilayah Bantul terdapat dua wilayah kategori rentan penyebaran HIV/AIDS, yakni Kecamatan Banguntapan dan Wilayah Kretek.
Banguntapan kata Siti, memang harus diwaspadai penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik. “Banguntapan merupakan wilayah Bantul dengan kultur perkotaan, dan itu sangat rentan, utamanya melalui jarum suntik,” kata Siti. Sedang wilayah Kretek condong pada penularan lewat hubungan sex.
Dijelaskan adanya sejumlah kompleks lokalisasi mejadikan daerah itu rawan terhadap HIV/AIDS. Guna mengatasi merebaknya virus mematikan itu, dua Puskesmas Kretek dan Puskesmas Banguntapan dijadikan puskesmas menangani penderita HIV/AIDS. Selain itu didukung Rumah Sakit Penembahan Senopati Bantul. “ Selain tiga tempat itu ada juga Komite Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD).
Menurut catatan dinas kesehatan setempat, hingga tahun 2010 ini penderita HIV/AIDS di Bantul mencapai 193 orang dan 24 orang diantaranya meninggal dunia. Siti menjelaskan, orang yang terjangkit HIV kebanyakan sulit dideteksi sebelum dilakukan pemeriksaan. “Penderita terinfeksi HIV, memang tidak terlihat seperti sakit, dan masih bisa diobati, ” jelas Siti. Tetapi sebaliknya bila sudah positif menderita AIDS akan seperti menderita penyakit komplikasi dan itu yang sulit diobati. (R-5)
0 komentar:
Posting Komentar