Sabtu, 04 Desember 2010

Pasca Erupsi, Sekolah di Sleman Terus Kejar Ketertinggalan postheadericon

Diposting oleh cakimam | Pada 22.45

Foto: Istimewa (doc)
BANTUL (KRjogja.com) - Akibat erupsi Gunung Merapi menjadikan jadwal pelajaran di Kabupaten Sleman menjadi kacau. Siswa sekolah yang ikut mengungsi tidak bisa mengikuti program belajar mengajar. Karenanya, untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain, sekolah di Sleman tidak meliburkan siswanya pada akhir semester.

Menurut Wakil Bupati Kabupaten Sleman, Yuni Satya Rahayu dalam seminar Pembangunan Kembali Pendidikan Paska Erupsi Merapi  yang diselenggarakan oleh DPD PDIP DIY di Hotel Ros In, Sabtu (4/12), tidak diliburkannya siswa ini karena pengunduran ujian dan penerimaan raport. “Ujian seharusnya 1 Desember, diundur menjadi 20 Desember mendatang,” ujar Yuni.

Penerimaan raport dilaksanakan pada 31 Desember. Sementara tanggal 1 hingga 18 Desember, dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar dengan fokus mengejar ketertinggalan materi pelajaran.

Yuni menambahkan, pada awal-awal masuk sekolah pada minggu ini, dilakukan pendataan terhadap keberadaan siswa dan guru yang sempat terpisah karena pengungsian yang berbeda. Hasilnya, kehadiran siswa hanya berkisar 70 persen. “Selama di pengungsian, siswa dititipak di sekolah terdekat, namun ini tidak bisa maksimal karena beban psikologi masih membayangi,” terangnya. Sebagai solusi sementara, barak yang menampung banyak pengungsi diadakan kegiatan belajar mengajar.

Pada masa recovery, imbuh Yuni, Pemda Sleman akan melakukan penataan kembali sekolah yang telah hancur dan mengalihkan proses belajar sementara ke wilayah yang aman. Sementara di selter yang sedang dalam proses pembangunan, akan ditempatkan TK dan SD. “Ada juga program pemulihan psikologis siswa dan guru serta mengupayakan beasiswa bagi siswa yang orangtuanya kehilangan mata pencaharian,” terangnya.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Keagamaan, Prof Hamka Haq mengungkapkan pembangunan jangan hanya berorientasi pada fisik dan infrastruktur semata. “Mental siswa yang tengah depresi juga perlu diperhatikan,” harapnya. Dan untuk mengembalikan mental ini, perlu digunakan metode khusus karena siswa yang menjadi korban bencana, cenderung lebih tertutup. Hamka mengharapkan agar pembelajaran siswa segera dinormalisasi karena jika terlalu lama menganggur, motivasi siswa bisa turun. “Jika ini yang terjadi, maka untuk membangkitkan lagi agak susah,” pungkasnya. (*-7)

0 komentar:

Posting Komentar