Rabu, 11 Agustus 2010

Setelah Ba'asyir Ditahan, Buru Thalut-Umar Patek postheadericon

Diposting oleh cakimam | Pada 17.50

SETELAH Abu Bakar Ba'asyir ditahan, apakah perburuan terhadap tersangka teroris selesai? Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memastikan belum. Ditemui seusai menghadiri pelantikan 24 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) di Istana Negara kemarin (10/8), Kapolri menegaskan masih adanya ancaman, meski beberapa teroris sudah ditangkap.

"Sekarang masih ada lagi yang cukup berbahaya. Ada Abu Thalut dengan pasukan bersenjatanya atau Umar Patek dengan Upik Lawanga. Masih banyak yang harus kita hadapi," urai Kapolri.

Abu Thalut alias Musthafa adalah buron utama Densus 88 Mabes Polri saat ini. Mantan ketua Mantiqi III (meliputi wilayah Poso-Mindanao) Al Jamaah Al Islamiyah itu adalah jebolan kamp Sadda Afghanistan. Dia juga berpengalaman gerilya sebagai instruktur kemiliteran di Mindanao, Filipina.

Polisi menuding Musthafa sebagai rantai utama yang akan mengaitkan Ba'asyir dengan terorisme, terutama latihan ala militer di Aceh. Sementara itu, Upik Lawanga adalah buron dalam kasus peledakan di beberapa tempat di Poso 2006. Upik dikenal sebagai master bom termos. Bom jenis itu unik karena bentuknya kecil, namun daya ledaknya sangat besar.

Kapolri meminta publik tidak berprasangka dengan langkah yang dilakukan Polri, khususnya Densus 88. "Kami ingin negara kita aman, damai, tenteram, jangan ada korban. Kami mendahului, jangan juga kami dicurigai," katanya.

Di tempat terpisah, sumber Jawa Pos menyebut penangkapan Abu Bakar Ba'asyir sengaja dilakukan di luar Solo. "Kami tutup rapat sekali informasinya sehingga sebelum benar-benar di tangan kami, semua kontak teman wartawan dan jaringan media seakrab apa pun tak boleh tahu. Apalagi, media yang bisa dibaca di Jawa Tengah," ujar perwira lapangan yang mengawal Ba'asyir dari Banjar sampai Bareskrim tersebut.

Densus 88 tak mau ambil risiko. Sebab, begitu bocor, mereka yakin Ba'asyir sulit ''diambil". Lokasi Banjar dipilih karena akses transportasi udara bisa dilakukan. Sebelum ditahan di mabes, Ba'asyir diterbangkan dari Tunggul Wulung, Cilacap, dan mendarat di Halim Perdanakusuma.

Tim penangkap belajar dari pengalaman 2003. Saat itu Ba'asyir ditangkap di RS PKU Muhammadiyah, Solo, dengan perlawanan luar biasa dari para santrinya.

Juga, saat ditangkap lagi di depan Rutan Salemba pada 2004, ribuan santri Ba'asyir membuat barikade dan menyulitkan Polri. "Alhamdulillah, tidak ada yang cedera. Istri beliau juga sehat dan diperlakukan dengan sopan oleh anggota kami yang wanita," kata sumber itu.

Sebenarnya, jauh sebelum penangkapan pada 9 Agustus, Ba'asyir diincar. Setelah menewaskan Noordin M. Top di Solo pada September 2009, polisi semakin mencurigai keterlibatan Ba'asyir. Beberapa bukti di laptop Noordin menjadi bahan awal (Jawa Pos, 30/9/2009, Densus Bidik Ba'asyir).

Lalu, setelah beberapa pengurus JAT DKI Jakarta ditangkap, polisi berani melakukan rekonstruksi dengan figuran bertanda nama di dada Ba'asyir.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang memastikan, pemilihan waktu penangkapan Ba'asyir pada Agustus ini benar-benar berdasar pertimbangan yang matang. "Tidak terkait dengan bulan puasa ataupun kedatangan Obama," jelasnya. (rdl/fal/c7/iro)
sumber jawa post

0 komentar:

Posting Komentar